Selasa, 10 Mei 2011

Harga Beras Naik

Jakarta(Bali Post) -
Harga
beras mulai merayap naik. Kenaikan bervariasi antara Rp 50/kg sampai Rp 300/kg yang disebabkan meningkatnya permintaan beras dari Jawa ke Sumatera dan Kalimantan. Melihat hal ini, pemerintah memerintahkan Perum Bulog mengintervensi pasar untuk meredam harga melalui Operasi Stabilisasi Harga (OSH) beras.

Laporan Depdag menyebutkan, harga rata-rata nasional beras per 6 Desember mencapai Rp 5.048/kg.
Sementara data Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) menyebutkan, kenaikan harga beras tertinggi terjadi pada beras yang banyak dikonsumsi masyarakat, seperti IR 63 kelas III naik menjadi Rp 4.350/kg dari Rp 4.250/kg. PIBC menjadi barometer harga beras karena lalu lintas beras menuju Jawa dan disebarkan hingga Sumatera dan Kalimantan.
 
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Depdag Adriansyah Parman ketika dikonfirmasi, Jumat (7/12) kemarin tidak memungkirinya. Kenaikan harga beras setidaknya dikarenakan beberapa faktor, yakni meningkatnya permintaan beras dari Jawa ke Pulau Sumatera seperti Palembang dan Medan. Hal sama terjadi di Pulau Kalimantan. Selain itu, bertepatan hari raya besar keagamaan juga mendongkrak harga Ardiansyah menambahkan, kenaikan harga beras saat ini merupakan siklus tahunan yang posisi pada akhir tahun.
 
Apalagi pasokan menipis karena pasokan gabah dari panen petani meski ada, tapi jumlahnya tidak besar. Sementara, konsumsi beras memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Namun, Adriansyah menyatakan, semula pemerintah memperkirakan awal kenaikan harga akan terjadi pada permulaan 2008. Namun, gejolak harga terjadi lebih cepat atau sejak awal minggu ini. Sedangkan, penyebab kenaikan lebih disebabkan kurangnya pasokan di beberapa daerah seperti Medan dan Palembang. ''Untuk itu, Bulog akan  
melakukan stabilisasi harga beras,'' tambahnya.
 
Namun, peneliti Econit Hendri Saparini menilai dalam sudut pandang berbeda. Mulai merayapnya harga beras tidak lain spekulasi para pedagang yang menahan pasokan. Selain momentum hari raya besar keagamaan yang dijadikan alibi, wacana pembatasan BBM premium bersubsidi pada akhir tahun turut memicu harga beras.
''Kalau pemerintah tidak pintar-pintar mengelola isu ini, kebijakan pembatasan harga BBM premium akan memberi efek psikologis terhadap harga sembako, terutama beras. Jika ini terjadi, lonjakan inflasi tahun depan menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah,''terangnya.
 
Dirut Perum Bulog Mustofa Abubakar menyatakan, pihaknya siap menggelontorkan OSH beras 50 ribu ton dalam bentuk beras kualitas medium setara IR-63 kelas 3 serta premium dengan patahan 5-10 persen. Daerah pertama yang dibidik Jakarta dan Medan. Dia berharap, OSH beras mampu meredam potensi kenaikan harga beras yang terjadi saat ini. OSH beras akan dilakukan baik ditingkat grosir hingga pengecer.
 
Dia meyakini, kondisi ini tidak permanen karena stok beras pemerintah sudah mencukupi konsumsi, antara lain berasal dari cadangan beras pemerintah 255 ribu ton dan OSH beras sekitar 278 ribu ton. ''Total stok yang kita memiliki cukup besar sekitar 1,65 juta ton. Bisa dikeluarkan kalau diperlukan. Kalau masih mau adu kuat lagi, silakan,'' tantang Mustafa ditanya gejala harga beras ini ditunggangi aksi spekulan.(kmb1)

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/12/8/e1.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar